Partai keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menjadi calon Presiden 2014. Sebelumnya , Sutiyoso juga pernah maju menjadi calon presiden pada pemilu presiden 2009. Siapakah Sutiyoso ? Berikut kisah singkat tentang Sutiyoso
Biografi
Sutiyoso lahir di Semarang, 6 Desember 1944. Ia merupakan anak keenam dari delapan bersaudara. Ia adalah putra pasangan Tjitrodihardjo dan Sumini. Setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Semarang dan sempat setahun kuliah di jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus, ia masuk Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang. Ia lulus tahun 1968. Ia
berpindah-pindah tugas di kesatuan militer.
Periode 1998-1992, ia menjabat Asisten Personil, Asisten Operasi, dan Wakil Komandan Jenderal Kopassus. Sosoknya mulai mencuat saat terpilih sebagai komandan resimen terbaik se-Indonesia ketika menjabat Kepala Staf Kodam Jaya pada 1994. Prestasi yang digenggamnya itu kemudian ikut menghantarkannya pada jabatan Panglima Kodam Jaya.
Semasa menjadi panglima itu, namanya kian dikenal terutama lewat acara Coffee Morning. Lewat acara yang digelar sebulan sekali itu, Sutiyoso berdiskusi dengan sesepuh dan tokoh masyarakat dalam kaitan dengan kemanan ibukota.
Posisinya sebagai panglima, kemudian merentangkan jalan menjadi gubernur DKI Jakarta pada 1997. Gaya kepemimpinannya disebut-sebut banyak meniru mantan Gubernur Ali Sadikin.
Sutiyoso menikah dengan Setyorini pada tahun 1974 dan dikaruniai dengan dua orang putri, Yessy Riana Diliyanti dan renny Yosnita Ariyanti
Menjadi Gubernur DKI Jakarta
Dalam usia 52 tahun. Tepatnya pada 6 Oktober 1997, Sutiyoso resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2002, menggantikan Gubernur sebelumnya, Surjadi Soedirdja. Saat itu ia menjabat Panglima Kodam Jayakarta.
Sebenarnya, Sutiyoso tak pernah membayangkan bahwa pada akhirnya ia berkarier di pemerintahan sipil. Sebagai tentara ia lebih berharap dapat menjadi Panglima TNI. Namun semua berubah, karena perintah presiden.
Bagi tentara, Presiden adalah Panglima Tertinggi, dan tak ada pilihan bagi seorang prajurit selain menjalankan perintah itu. Perintah yang ia terima adalah memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta sekaligus memimpin
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta jika ia terpilih.
Memang, Sidang paripurna DPRD DKI Jakarta akhirnya memilih Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta. Artinya, selain dari presiden, ia juga mendapat perintah dari rakyat –dalam hal ini warga Jakarta- untuk memenangkan “peperangan” mengatasi berbagai permasalahan yang membelit Jakarta waktu itu.
Sikapnya yang taat menjalankan perintah pimpinan, kesetiaan kepada negara dan bangsa serta kesiap siagaan menjalankan konstitusi serta perundang-undangan membuat ia selalu tegar menghadapi pancaroba politik yang sangat keras saat transisi dari era Orde Baru ke era reformasi.
Dalam rentang perjalanan sejarah Provinsi DKI Jakarta, Gubernur Sutiyoso adalah kepala daerah yang paling unik. Ia memimpin Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta meniti jembatan tranformasi dan era Orde Baru ke Era Reformasi. Karena itu ia sempat bersentuhan langsung dengan lima Presiden RI, yakni Presiden Soeharto, B J Habibie, K H Abdurachman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Awal kehadirannya sebagai orang nomor 1 di Balai Kota Jalan Medan Merdeka Selatan, ia sempat dicurigai sebagai “orang Orde Baru,” namun seiring dengan perjalanan waktu, Sutiyoso yang akrab disapa “Bang Yos,” menjadi sahabat akrab warga Jakarta.
Ia pula yang menjadi nahkoda saat badai krisis ekonomi mendera Indonesia dan sejumlah negara di Asia. Karena itu setiap kali berkisah tentang pengalamannya selama 10 tahun memimpin Ibukota Jakarta, Bang Yos selalu membaginya dalam dua tahap yakni:
Tahap Pertama (1997-2002) masa survival yang penuh tantangan dan disebutnya “mendayung di tengah dua karang.” Selanjutnya Tahap Kedua (2002-2007) masa yang memungkinkan baginya membangun Kota Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar