Senin, 15 Desember 2014

Cita Citata, Faktor Keberuntungan

Cita Citata, Sukses Tanpa Goyang

Cita Citata hanya butuh waktu tiga bulan untuk secara cepat menduduki jajajaran penyanyi dangdut papan atas ibu kota di tengah persaingan ketat para penyanyi lain.Cita memang berbeda dengan Inul Daratista dari sudut “jalan” yang dilalui untuk terkenal. Publik penasaran melihat hoyang hot Inul daratista yang tersebar lewat VCD bajakan dan Inul tahu potensi itu. Pedangdut asal Pasuruan , Jawa Timur ini lantas mencoba mengadu nasib ke Jakarta. Jualan Inul berupa ngebor kemudian menjadi fenomena dan ditiru pedangdut pedangdut sesudahnya.

Tak seperti pedangdut lain, Cita tidak menjual goyangan. Bahkan sebagai penyanyi dangdut, fisik Cita sejatinya tidak bisa diandalkan. Tetapi di sanalah sesungguhnya hoki Cita. Ia melejit lewat Sakitnya Tuh di Sini, lagu berlirik ringan, mudah diingat, dengan vocal yang sebenarnya tak terlalu mengandalkan cengkok khas dangdut.

Ketertarikan publik, paling tidak terwujud dari membludaknya pengunjung lagu tersebut di Youtube. Sejak diunggah 3 Oktober lalu hingga akhir November , Sakitnya Tuh di Sini berhasil membetot lebih dari 16 juta pengunjung.
Kesuksesan Cita yang tak pernah mengandalkan goyangan sebagai “jualannya” ini alhasil menjadi bukti nyata jika dangdut tanpa goyangan pun bisa laku terjual. Atau mungkin eranya yang sudah berubah. Ayu Ting Ting juga tak bergoyang heboh. “Aku mau dangdut ini bisa diterima semua orang. Nggak cuma dinilai sebelah mata aja karena goyangannya misalnya," ucapnya.
Sampai Desember 2015, jadwal panggung Cita cita sudah padat. Bahkan saking padatnya jadwal, Cita Citata sempat beberapa kali masuk rumah sakit untuk sekadar istriahat. “Biasanya kalau sudah enakan, langsung kerja lagi, kata Cita. Honornya pun meningkat. “Alhamdulillah banget,” ucapnya.

Cita Citata, Faktor Keberuntungan

Ada puluhan ribu pedangdut Tanah Air dan tidak semua bisa bernasib baik. Rata-rata mereka mengasah vocal dan tampilan dari panggung dangdut tingkat kampung dengan honor ala kadarnya dan pandangan minor para penyuka dangdut. Sebagian besar pedangdut ini bahkan berangkat dengan motivasi sama yakni ekonomi dan bukan berasal dari dinasti penyanyi dangdut yang mapan.

Menurut pengamat musik Bens Leo Cita perjalanan Cita Citata menuju sukses hampir mirip dengan pedangdut Ayu Ting Tingsaat meraih ketenaran pada 2011 lewat lagu Alamat Palsu. Oleh sebab itu Bens mengimbau Cita Cita agar cepat membuat album untuk mempertahankan eksistensinya di belantika musik. Cita juga siap bisa berbesar hati jika albumnya tak terangkat di pasaran. Karena fakta membuktikan pedangdut yang cepat mengorbit di satu single ternyata gagal di single berikutnya.
“Kalau mengandalkan satu lagu saja akan sulit bertahan lama di industry musik,” kata Bens. Selain itu, karakter juga dipandang perlu oleh Bens. “Dia harus memiliki karakter yang mudah dikenal. karena dia generasi baru di music dangdut,” paparnya.

Bens berharap sebagai penyanyi pendatang baru yang sedang naik daun , Cita tak lupa dengan pencipta lagu yang ikut andil dalam membesarkan namanya. Sehingga sang pencipta lagu juga meraih keuntungan financial.
”Biar bagaimanapun dia besar dari lagu tersebut. Dia harus bisa menghargai penciptanya. Ini juga berlaku untuk semua penyanyi pendatang baru . jadi pencipta lagu, bisa ikut terangkat namanya,” kata Bens.

Kamis, 11 Desember 2014

Cita Cita, Jadi Biduan Dangdut Sejak Kecil

Sebagai penyanyi dangdut pendatang baru, Cita Citata dengan cepat menuai sukses. Lagunya yang berjudul Sakitnya Tuh di Sini fenomenal di masyarakat. Klipnya di Youtubube bahkan melampui para seniornya dengan menembus belasan juta pengunjung. Siapa Cita Citata dan bagaimana proses pembuatan lagu Sakitnya Tuh di Sini? Yuk Disimak.  

Cita Citata, Jadi Idola Baru   

Panggung musik dangdut sepertinya selalu memunculkan banyak kejutan. Usai inul Daratista, Ayu Ting Ting , dan Zakia Gotik, nama Cita Citata kini sedang moncer dan jadi bahan perbincangan. Cita yang semula bukan siapa-siapa, kini menjadi idola baru masyarakat pecinta dangdut. Dari anak-anak sampai yang tua semua membicarakan Cita Citata.
Cita Citata mulai dikenal ketika lagunya yang berjudul Sakitnya Tuh di Sini kerap diputar di banyak radio di Indonesia. Bahkan video klipnya yang berada di youtube mencapai belasan juta pengunjung.

Lagu Sakitnya Tuh di Sini popular ketika lagunya dipakai untuk sinetron Diam Diam Suka (SCTV). Bahkan membawa Cita ikut melakoni sinetron tersebut.
Cita Citata yang bergabung label Sany Musik Indonesia dan mulai merilis Sakitnya Tuh di Sini pertengahan tahun 2014, tak menyangka lagunya akan sepopuler saat ini. "Nggak nyangka banget dan ini membuat saya terkejut. Baru beberapa minggu dirilis sudah jadi top chart di radio-radio," katanya.
Proses pembuatan lagu yang kini membuat namanya melambung tersebut terbilang unik.  Kala itu, Cita berada di sebuah studio untuk rekaman. Karena kesulitan membawakan lagu tersebut, lalu muncul kata-kata Sakitnya Tuh di Sini.

"Waktu itu bawain lagunya susah banget. Aku sambil bercanda bilang, Sakitnya Tuh di Sini'. Dan aku minta dibuatkan lagu dengan judul itu. Empat jam kemudian lagu tersebut jadi dan empat hari kemudian selesai rekaman" kenang Cita.

Sebagai penyanyi pendatang baru, Cita berharap dirinya bisa mengulang masa kejayaan seniornya terdahulu, seperti Inul dan Zaskia 'Gotik'. "Semoga lagu aku semakin banyak yang menyukai. Semoga Cita semakin diterima dan terus menelurkan karya-karya yang disukai," harapnya.

Cita Cita, Jadi Biduan Dangdut Sejak Kecil

Cita Citata lahir di Bandung, 14 Agustus 1994 . Ia adalah bungsu dari enam bersaudara. Cita  Citata sudah mengenal musik sejak kecil. Terutama musik dangdut. Bahkan, ia sudah menjadi biduan sejak kelas 4 SD.

Cita Citata kecil merupakan pribadi yang mandiri. Ia sudah bisa mencari uang dengan menjadi biduan. Dengan hasil menjadi penyanyi dangdut, Cita kecil bisa membantu orangtuanya untuk membiayai keperluan sekolahnya sendiri dari hasil manggung menyanyi di banyak acara hajatan.

"Dulu SD aku sudah nyanyi dangdut sebenarnya. Kalau tampil di acara hajatan gitu. Hasilnya lumayan bisa bantu-bantu orangtua sih dari kecil. Emang niatnya nggak mau ngerepotin orangtua, jadi dari kelas 4 tuh aku udah bayar sekolah sama beli seragam sendiri," paparnya.

Kondisi tersebut berlangsung hingga ia duduk di bangku SMA. Cita tumbuh menjadi remaja yang mandiri. Agar tak mengganggu jam sekolah, Cita Cita memilih Sabtu dan Minggu sebagai jadwal manggungnya. Tak hanya mau mengadu nasib di panggung dangdut, Cita remaja mengembangkan diri dengan mempelajarai banyak jenis musik. Ia pun kemudian memutuskan hijrah menjadi penyanyi pop. Ia banyak menghafal dan mempelajari lagu pop yang sedang hits maupun tembang kenangan. Itu dilakukannya karena masih mengadu nasib dengan menjadi penyanyi di acara kawinan.

Dari music beraliran pop, Cita loncat menjadi penyanyi spesialis lagu-lagu jazz. Bisa dibilang dari karier music, Cita ingin naik kelas. Ia yang sejak kecil manggung di pesta hajatan dari kampung ke kampung mulai meningkat dengan manggung di gedung  sampai ke Hotel setelah menjadi penyanyi jazz.

Namun Cita yang memiliki obsesi untuk bisa menjadi penyanyi rekaman, kemudian kembali banting setir menjadi penyanyi dangdut, melihat peluang menjadi penyanyi dangdut lebih besar ketimbang penyanyi pop dan Jazz.Sebelum merilis Sakitnya Tuh di Sini, Cita Citata merilis lagu Kalimera Athena dan Perawan atau Janda.
"Sempat berubah haluan pas SMP-SMA. Aku nyanyi pop dan kemudian lagu jazz. Biasanya aku bawain lagu-lagu favorit aku dari Michael Buble sama Norah Jones di acara kawinan juga," pungkasnya.

Minggu, 07 Desember 2014

Ria Irawan dan Narkoba

Ria Irawan, Lahir di Lingkungan Film

Ria Irawan memiliki nama asli Chandra Ariati Dewi irawan. Ia lahir di Jakarta, 24 jULI 1969. Ia adalah putri dari akor senior Bambang Iarwan (Jawa) dan aktris senior Ade Irawan (Minang).

Ria lahir sebagai bungsu dari lima bersaudara. Karena lahir dari lingkungan film, Bahkan ayahnya memiliki perusahaan film, membuat darah seni orangtuanya mengalir ke Ria Irawan.

Sejak kecil, Ria sudah tertarik dengan akting. Akhirnya orangtuanya menyalurkan bakat Ria terjun ke dunia akting. Pada usia empat tahun, Ria sudah bermain film. Film perdananya itu berjudul Sopir Taxi (1973). Kemudian Ria ikut dalam puluhan judul film sampai remaja hingga dewasa.

Lewat film Selamat Tinggal Jeanette (1987), Ria meraih penghargaan Festival Film Indonesia 1988 sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Pada tahun 2006, Ria meraih nominasi lewat film Berbagi Suami.

Tak hanya pandai berakting. Ria juga pandai bernyanyi. Ia pernah meluncurkan album kompilasi bersama teman-temannya yang tergabung dalam grup Japras. yang terdiri antara lain Ully Artha, Wieke Widowati, Rima Melati, Rini S Bono, Nurul Arifin, dan lain-lain.

Ria juga pernah meluncurkan dua album dangdut bersama Rano karno , Hiasan Mimpi dan Sorga Dunia serta album pop Setangkai Anggrek Bulan, Di Antara Hatiku Hatimu.  Ria juga pernah membentuk trio bersama Nurul Arifin dan Ira Mustafa.

Di dunia entertain Ria sudah sangat fasih. Selain akting dan nyanyi, Ria juga mengeluti profesi di balik layar dengan menjadi produser film dan musik. Sekaan tak pernah puas dengan ilmu, Ria juga menjajal fotografi dan penyutradaraan video klip. Ia pernah menggarap video klip Anggun C Sasmi.

Untuk asmara, Ria diketahui dahulu sempat menjalin kasih dengan Jay Subiakto dan Rizal Mantovani. Ria diketahui pernah menikah dengan Yuma, seorang pengusaha dan berstatus duda. Mereka menikah pada tanggal 5 April 1997. Sayang pernikahan ini tak bisa bertahan lama. Desember 1999 mereka memutuskan bercerai, kendati berbagai upaya mempertahankan biduk rumah tangga telah mereka tempuh.



Ria Irawan dan Narkoba


Pada pertengahan tahun 1990, Ria Irawan menjadi bahan pemberitaan negatif setelah Rivaldi Sukarno ditemukan meninggal akibat overdosis di rumahnya. Kasus ini tidak ada kejelasannya hingga skarang. Yang pasti, akibat kasus ini, Ria harus 'mengasingkan' diri ke Milan, Italia.
Di sana,  Ria tinggal bersama kakaknya, Dewi. Selama "perantauan",  Ria mengambil kuliah desain grafis. Setelah enam bulan di Milan, Ria benar-benar kembali ke Indonesia. Beragam tawaran syuting dan wawancara serta pemotretan langsung menghampiri. Beberapa sinetron yang kemudian dibintanginya antara lain, Cintailah Daku, Debu Tertiup Angin, Melompati Angin, Bidadari yang Terluka, dan Canting.
Ria kembali ke layar lebar dengan membintangi Biola Tak Berdawai. Berkat perannya sebagai Renjani, Ria mendapat gelar The Best Actress dalam ajang Festival Film Asia Pasific di Iran pada 2003.

Pada tahun 2005, Ria kembali membuat heboh setelah kembali terjerat kasus narkoba. Ria ditangkap bersama pengunjung diskotik Crown yang dinyatakan positif pemakai narkoba. Sayangnya aparat kepolisian sulit menyeret Ria ke pengadilan karena tidak memiliki cukup alat bukti.
"Operasi kali ini bersifat simpatik, sehingga yang urinenya positif mengandung narkoba hanya dikenai wajib lapor. Ria Irawan pun hanya dikenai wajib lapor," Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Carlo B. Tewu kala itu.
Sementara Ria,  mengatakan memang benar  di urinenya mengandung amphetamine tapi bukan berarti ia mengkonsumsi narkoba. "Amphetamin kan tidak hanya masuk melalui narkoba tapi juga lewat obat lain," kata Ra kala itu.

Jumat, 05 Desember 2014

Ria Melawan Kanker


Ria Irawan, Tak Mau Pasrah Begitu Saja
 
Ikhlas, bagi Ria, bukan berarti dia menerima begitu saja penyakit yang menggerogoti tubuhnya tanpa mencari kesembuhan. Justru, bintang film Gejolak Kawula Muda ini mendadak punya keberanian untuk menjalani pengobatan medis, seperti kemoterapi. 

Ia juga menjadi matang dan dewasa. Fase hidup Ria kali ini, mungkin menakutkan bagi orang lain. Namun dengan ketegaran yang nyata, Ria telah berhasil menyingkirkan Stigma kanker sebagai penyakit yang berbahaya. Dengan tenang, ia bahkan masih menjalani hobynya makan jengkol. 

Di usia yang belum terlalu lanjut, Ria mungkin bisa jadi role model . Sejatinya sikap mental positif jadi bagian paling menentukan , dalam pengobatan penyakit yang sering berakhir tak menyenangkan. Toh tugas manusia hanya berusaha. Soal sembuh atau tidak, sepenuhnya hak Tuhan.

"InsyaAllah sampai gue menyelesaikan kemo ini, gue masih dikasih umur. Ini akan jadi bukti kalau gue masih semangat waktu menjalani kemo pertama. Kalau nanti di kemo ketiga gue putus asa, tolong diingatin," ungkapnya.

Apalagi, banyak juga yang bisa menaklukan kanker  dan berhasil sembuh. Sebut saja Rima Melati yang divonis kanker usus, Titiek Puspa kena kanker, Syahnas Haque kanker ovarium.

Ria  juga siap berbagi ilmu tentang kanker agar tidak ada orang lain yang bernasib sepertinya. "Gua yakin masih banyak kebaikan yang masih bisa gua buat," kata Ria. 



Ria Irawan, Penyebab Terkena Kanker

Ria Irawan sangat terbuka, dan tidak malu menjelaskan ketika divonis dokter mengidap kanker getah bening. Aktris kawakan itu pun bercerita penyebab dirinya bisa mengidap penyakit mematikan itu. menurut Ria, gaya hidup dan pola makan , menjadi salah satu penyebab Ria terkena kanker.

"Kenapa dulu gue sok jaga badan dan diet, walaupun dari dulu gue memang enggak suka junkfood. Mungkin karena keparnoan gue soal penyakit yang dialami keluarga gue. Gue jadi kayak orang yang phobia sama penyakit, padahal gue enggak sakit. Kecenderungan ketakutan itu yang buat gue depresi," kata Ria.

Menurut Ria, dari sejarah hidup keluarganya, bukan hanya dirinya yang terkena kanker. sebelumnya juga sudaha da. Faktor genetik juga yang membuat dirinya mengidap kanker. Namun, di satu sisi, secara hormonal juga Ria telah memiliki bibit-bibit kanker.

"Selain genetik, dalam keluarga ada juga karena hormonal," tandasnya.

Kendati demikian, Ria tidak bisa begitu saja menyalahkan keluarganya. Ia sudah ikhlas menerima kenyataan ini.  "Terus gue harus salahin keluarga gue, salahin orang dekat gue. Bagi gue ini jalan hidup yang harus tempuh," tandasnya

Sementara itu, Ade Irawan, ibunda Ria, hanya bisa pasrah dengan kondisi anaknya yang terkena kanker. Ia sempat shock pertama mengetahui Ria Irawan divonis kanker klenjar getah bening stadium 3. Ia pun berharap anaknya mendapat kesembuhan . "Sebagai ibu, mendoakan dan mendukung agar Ria diberi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya," harap Ade.

Rabu, 03 Desember 2014

Ria Irawan, Sudah Siapkan Kain Kafan dan Liang Lahat

Ria Irawan divonis menderita penyakit mematikan yakni Kanker klenjar getah bening stadium 3. Namun begitu, Ria tak menampakan wajah takut atas penyakitnya. Ia tetap tegar menghadapi kenyataan pahit yang menimpanya. Ria optimis bisa melawan kanker yang menyerang sebagaian tubuhnya. Namun begitu, Ria juga mengaku sudah siap jika kelak penyakitnya itu akan merenggut nyawanya dengan menyiapkan kain kafan lebih dini. Bagaiman Ria bisa terkena kanker? berikut kisahnya. 


Ria Irawan, Divonis Kanker Klenjar Getah Bening Stadium 3

Pemain film Ria Irawan memiliki keluhan pada rahim sejak  2009. Akhirnya  wanita kelahiran  24 Juli 1969 ini baru ada keberanian untuk melakukan tindakan operasi pada September 2014 , setelah dirinya terdeteksi  mengidap kanker leher rahim atau kanker serviks. 

Sebelum menjalani operasi, Bintang film Lupus ini lebih percaya dengan pengobatan alternatif seperti minum obat-obatan herbal yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sampai daun kelor pun sempat dicobanya.

"Saat itu nggak  bisa terima kenyataan dan nggak berani pakai medis dan menggunakan pengobatan alternatif, herbal. Tapi hasilnya nggak ada.  Sampai akhirnya tanggal 30 september 2014 memutuskan untuk operasi angkat rahim," kata Ria Irawan.

Setelah melakukan tindakan operasi, bukan berita gembira yang didapat Ria. Ia harus menelan pil pahit karena divonis mengalami Kanker kelenjar getah bening stadium 3.   

"Tapi pas diangkat ternyata sudah sampai ke indung telur. Seminggu setelah operasi dikasihtahu kalau positif  kanker kelenjar getah bening stadium 3 karena sudah nyebar kankernya," tuturnya.

Ria mengaku pasrah dengan kenyataan pahit yang dialaminya. Ia kini sedang menjalani serangkain proses penyembuhan dengan jalan kemoterapi. Ria diwajibkan menjalankan kemoterapi selama enam kali.

"Awalnya gua berpikir kan udah angkat rahim jadi kanker rahim sudah kebuang plus indung telurnya juga kebuang otomatis udah terhindar dari kanker serviks. Hidup serasa terlahir kembali dan lega banget. Sudah punya planning untuk banyak hal.  Tapi kenyataannya Tuhan hanya beri kebahagiaan pada gua hanya beberapa hari. " tuturnya. 


Ria Irawan, Sudah Siapkan Kain Kafan dan Liang Lahat

Ria Irawan akan menjalani serangkaian kemoterapi karena sudah tak lagi percaya dengan pengobatan alternatif. Ia yang divonis mengidap kanker kelenjar getah bening stadium 3, sudah pasrah dengan kenyataan pahit yang dialaminya. 

Saat ini yang ingin dilakukannya adalah berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dengan melakukan taubatan nasuha. Bahkan jika sewaktu-waktu dalam proses penyembuhannya, dipanggil Yang Maha Kuasa, Ria pun mengaku sudah siap. 

Pemilik nama lengkap Chandra Ariati Dewi Irawan itu mengaku juga sudah menyiapkan kain kafan dan liang lahat jika ajal menjemputnya. "Sebagai simbol gue sudah ikhlas," ucap Ria.

Peraih Piala Citra FFI 1988 untuk Aktris Pembantu Terbaik lewat film "Selamat Tinggal Jeanette" itu, ingin dikuburkan satu liang dengan sang ayah, almarhum Bambang Irawan. "Kalau kuburan, biar murah satu liang sama kuburan ayah," kata wanita berusia 45 tahun itu.

Ia berharap kelak jika ajal tiba, diberikan kemudahan."Minta sakaratul mautnya tidak sampai kejang-kejang dan mendelik," ucapnya.

Saat ini, ibadah, menurut Ria, jadi cara ampuh untuk menenangkan diri dalam menghadapi penyakit mematikan yang bersarang di tubuhnya. Satu per satu ketakutan yang dirasakan Ria seolah luntur setiap selesai menjalankan sholat.

Senin, 24 November 2014

Susi Pudjiastuti, Tiga Suami

Susi Pudjiastuti, Tantang Pakar kelautan

Menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan,  kemampuan Susi Pudjiastuti dalam memimpin kementrian di sektor bahari itu diragukan. Maklum, Susi hanya berijazah SMP.

Ia menyadari pengangkatannya sebagai menteri di jajaran Kabinet Kerja menimbulkan pro dan kontra. Salah satunya adalah soal kepakarannya, yang dianggap remeh oleh sebagian orang.

Ia pun  menantang orang-orang yang menyangsikan kemampuannya dengan membuktikan bahwa dirinya memang mampu menduduki posisi tersebut. Dalam dialog dengan pengusaha di sektor maritim, Selasa (11/11/2014), Susi memaparkan berbagai kebijakan yang akan dia ambil. Salah satu targetnya adalah meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Untuk itu, Susi akan melakukan berbagai langkah, dimulai dari pembenahan tata kelola, meningkatkan pajak penghasilan (PPh) kapal besar, dan membebaskan retribusi bagi kapal kecil.

"Negeri ini suka aneh. Kadang-kadang ada yang tidak jalan, bikin badan baru. Perpajakan enggak jalan, bikin pos baru. Padahal, untuk menaikkan PNBP itu bisa dengan meningkatkan PPh-nya. Suatu saat saya akan berikan saran (ke Menkeu). Sayangnya, saya tidak memiliki legitimasi kepakaran dalam hal apa pun karena ijazah saya," ujar Susi.

Dia mengatakan, jika program-programnya nanti berjalan baik, dia berharap ke depan Kabinet Kerja mengerti dengan apa yang dilakukannya. "Mereka tahu, oh ternyata Susi bisa mikir ini toh, tidak hanya jualan ikan," kata dia. 

Dalam kesempatan tersebut, Susi juga berharap bukan hanya menteri-menteri di kabinet yang bisa memahami cara kerja Susi, melainkan juga ahli kelautan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). 

"Dari ITB juga kan, kemarin dia bilang, Jokowi itu ngaco milih Susi. Sekarang saya tanya, yang ngaco Pak Jokowi atau ITB karena saya pernah dapat penghargaan Ganesha dari ITB, atau jangan-jangan dua-duanya yang ngaco?" seloroh Susi, disambut tawa para pengusaha.

Susi Pudjiastuti pernah menerima penghargaan Ganesha Widya Jasa Aditama Award dari ITB pada 2011 lalu. Susi juga pernah mendapat penghargaan Women and the Economy Summit (WES) Award pada tahun yang sama

Sebelumnya Pakar ilmu kelautan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Muslim Muin, mengatakan, posisi-posisi menteri strategis yang terkait pengembangan kemaritiman dalam Kabinet Kerja Jokowi diisi oleh orang yang tidak tepat. Pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, misalnya, dinilai tidak tepat oleh Muslim. Susi memang sukses dalam mengembangkan industri pengolahan hasil laut serta transportasi antar-pulau. Namun, menurut Muslim, itu tak cukup.

"Ngaco mengangkat Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Sukses menjadi pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin KKP," ungkap Muslim.

Muslim mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products economics, coastal processes, dan underwater technology. Menurut Muslim, kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan.

 Susi Pudjiastuti, Tiga Suami

Sepulang kembali ke Pangandaran dari Yogyakarta, Susi memilih untuk putus sekolah. Tak lama kemudian, Susi menikah dengan Yoyok Yudi Suharyo, warga asli Pangandaran. Yoyo adalah suami pertama Susi. Mereka menikah tahun 1983 dan bercerai tahun 1988 setelah dikaruniai anak, panji Hilmansyah.

Panji yang mendalami flight engineering di Amerika Serikat, telah memberikan Susi seorang cucu, Arman Hilmansyah yang kini berusia delapan tahun. Ia memanggil neneknya itu dengan panggilan uti (penggalan dari kata eyang puteri).

Suami kedua Susi adalah Daniel  Kasier. Ia merupakan teknisi pesawat berkebangsaan Swiss. Mereka berkenalan pada tahun 1991. Setahun menjalin kasih, mereka menikah di Pangandaran pada 1992. Sayang perkawinan Susi-Daniel tak berumur panjang . keduanya bercerai pada 1999. Mereka dikaruniai satu anak perempuan, Nadine Keiser.

Daniel adalah satu-satunya mantan suami Susi yang hadir saat serah terima jabatan menteri Kelautan dan perikanan di Jakarta , Rabu (29/10). Daniel memuji mantan isterinya sebagai pribadi yang tangguh. Ia bahkan menjuluki Susi dengan panggilan “Puteri laut”.

Cerai dari Daniel, Susi menikah kali ketiga dengan pria berkebangsaan Jerman., Christian von Strombeck. Sekitar tahun 2003. Tak ada catatan pasti kapan mereka berpisah. Yang jelas, keduanya dikaruniai seorang anak , Alvy Xavier.

Tiga kali gagal membina rumahtangga, tak membuat Susi terpuruk. Ia mengaku bahagia meski hidup sebgai single parent.

Minggu, 23 November 2014

Susi Pudjiastuti, Menteri Nyentrik, Bertato dan Merokok

Susi Pudjiastuti, Dipanggil Susi “Gila”


Dalam diskusi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi mengenang masa-masa lalu ketika dia menjadi nelayan kecil, dan menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. 

"Dulu saya dipanggil Susi Gila. Saya kirim SMS ke 10 kementerian. Teriak-teriak. Result-nya apa? Masa bodoh. Sekarang, pemerintah sebut 'Kita perlu orang gila untuk gebrakan'. So I take my job," ujar Susi sambil tertawa.
Kini, setelah menjabat sebagai orang nomor satu di kementerian yang mengurusi bidang bahari, Susi mengaku semakin tak kurang kerjaan. Makin banyak saja yang ia urusi. Meski demikian, dia masih memberi kesempatan kepada para pengusaha dan nelayan dalam menyampaikan aspirasinya. "Silakan kalau mau komplain," kata dia. 

Dalam kesempatan itu, Susi menegaskan bahwa ia akan melakukan pembenahan, dimulai dari regulasi yang ada di sektor kelautan dan perikanan saat ini. Dengan nada sedih, dia bilang bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang tidak punya regulasi. Akibatnya, banyak pihak asing datang dan menangkap ikan secara ilegal di wilayah perairan laut Indonesia. Susi pun mengaku ikhlas melakukan semua pekerjaan yang dihadapinya. Bahkan, dia tidak mempermasalahkan ketika gajinya kini jauh berbeda dibanding sebagai CEO maskapai Susi Air. 
"Gajinya (Menteri KKP) cuma satu persen dari gaji saya di Susi Air. Saya lillahi ta'alla, ikhlas meluangkan waktu saya, energi saya untuk negara," ucap Susi.

Susi Pudjiastuti, Menteri Nyentrik, Bertato dan Merokok

Di antara 34 menteri Kabinet Kerja yang dipercaya Presiden Jokowi, nama Susi Pudjiastuti yang paling banyak menyita perhatian publik. Ia ramai dibicarakan karena hanya lulusan SMP, hobi merokok dan memiliki tato di kaki. Bahkan, Susi nekat merokok di halaman Istana usai Jokowi mengumumkan nama-nama menteri, Minggu (26 Oktober 2014). Susi gemar menghisap cerutu Kuba.
Ia juga tampil nyentrik dibandingkan dengan 33 menteri lainnya. Rambutnya berwarna cokelat. Gaya bicaranya ceplas ceplos. Dia tak sungkan duduk di tangga Istana saat akan diwawancarai media massa.

Ia juga nyentrik dalam bekerja. Seperti Rabu (19/11/2014), beredar di media sosial, Susi  turun langsung ke lapangan menggunakan motor “Laki” . Susi yang mengendarai motor tanpa helm tersebut dikawal sejumlah anggota TNI dan Polri yang berjalan beriringan di belakangnya. Selain nyentrik, Susi Pudjiastuti dikenal sebagai orang yang keras dalam mengkritik. Bahkan mantan Presiden SBY sempat dikritiknya terkait keikutsertaan Indonesia dalam forum G20.
Soal tato unik bergambar burung di kakinya dan kebiasaannya merokok menimbulkan pro dan kontra. Ia dibully di media sosial. “Saya sedikit marah karena menggangu konsentrasi. Katanya saya disuruh kerja tetapi dikasih komentar yang jelek-jelak. Sedikit tidak fair.,” keluh Susi .

Mengenai kebiasaannya merokok, Susi berjanji akan mengurangi rokok. “Saya tidak bisa melakukan perubahan secara radikal, usia saya juga kan sudah 50 tahun,” ucapnya.