Ketika masih duduk di bangku kuliah, Hatta Rajasa aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Ia sempat menjabat sebagai wakil kepala Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan ITB, Senator Mahasiswa ITB, dan aktivis Masjid Salman, Bandung.
Ia menamatkan sarjananya sebagai Insinyur Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973. Kemudian Setamat dari Jurusan Teknik Perminyakan, bersama teman-temannya Hatta merintis usaha sampai memiliki beberapa badan usaha yang berkerjasama dengan perusahaan asing dan Pertamina.
Sejak tahun 1982 sampai 2000 ia menjabat Presiden Direktur Arthindo. Sebelumnya, ia menjabat Wakil Manager teknis PT. Meta Epsi, perusahaan pengeboran minyak.
Tegas dalam Menentukan Sikap
Sikap tegas dalam diri Hatta bisa tergambar disaat dirinya memutuskan bergabung dengan partai politik. Semua kegiatan usaha dan jabatan penting dalam perusahann dihentikan. Hatta benar-benar ingin konsentrasi di satu bidang. “Karena itu sifat saya. Kalau saya berusaha (bisnis), saya tidak mau bercampur dengan kegiatan lain. Begitu juga ketika masuk partai politik, saya konsentrasi dan juga tidak mau mencampur-baurkannya dengan usaha yang lain,” katanya.
Keputusan yang bisa dibilang sulit sekali disaat sudah mapan dalam karier usaha memilih jalur yang berbeda. Namun beruntung ia memiliki istri yang selalu mendukung penuh segala keputusannya. Hatta mengaku perjalanan kariernya dipengaruhi besar oleh dukungan keluarga, terutama isteri, Drg. Oktiniwati Ulfa Dariah atau kerap disapa okke Rajasa dan anak-anaknya.
Ketika memilih untuk terjun ke politik, anak-anaknya masih kecil. Putra terbesarnya saat itu baru tamat SMP mau ke SMA. Ketika mengambil keputusan itu, ia berdialog panjang dengan keluarga. Suatu hal yang tidak mudah baginya karena memilih memasuki dunia yang lain sama sekali. Hatta mengaku tidak gampang meyakinkan keluarganya. Ia pun harus berpikir mempersiapkan hasil-hasil usahanya itu untuk kepentingan keluarga.
Antara Masa Lalu Dan Kini
Sebelum masuk PAN, ia tidak pernah berpolitik praktis. Karena tidak ada kesempatan sesuai iklim politik pada zaman orba. Padahal ketika mahasiswa, ia menyenangi bidang tersebut. Sehingga ketika Amien Rais menggerakkan reformasi, ia pun sudah mulai ikut aktif.
Saat itu, ia menjadi ketua Ikatan Alumni ITB cabang Jakarta. Di PAN, pada mulanya ia menjabat Ketua Departemen Sumber Daya Alam dan Energi. Kemudian, setelah kongres I, ia terpilih menjadi Sekjen. Pada Pemilu 1999, ia pun terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Majelis Permusyawaratan. Kini ia menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional.
Menurut Hatta, ada perbedaan yang mencolok antara masa lalu ketika ia sebagai aktivis, dengan zaman sekarang. Di masa lalu menjadi aktivis itu berarti menjadi musuh pemerintah. Pengalamannya pada saat menjadi aktivis masa lalu itu pun membentuk kepribadiannya bahwa setiap orang tidak boleh takut mengatakan sebuah kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar