Kamis, 20 Maret 2014
Janji Prabowo
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto ikut bursa calon Presiden 2014. Kelak jika ia terpilih, ia akan memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberantas korupsi yang semakin memprihatinkan.
"Jika nanti saya diberikan kepercayaan oleh rakyat, maka yang paling utama saya lakukan adalah memperkuat KPK dari segala bidang, baik anggaran dan para tenaganya sehingga mampu memberantas korupsi yang sudah merapuhkan bangsa ini," katanya.
Ia juga mempertegas akan memperkuat anggaran KPK sehingga para pegawai tidak terlibat dalam lingkaran korupsi. Tidak hanya KPK yang akan diperkuat, tetapi pertahanan militer juga akan dilakukan perubahan dan melakukan penguatan dalam segala bidang.
Prabowo menilai bahwa Bangsa Indonesia mampu melakukan hal itu karena memiliki kekayaan alam dan dan sumber daya manusia yang handal.
"Mari kita bersama-sama berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini," ujarnya.
Sementara itu Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengapresiasi janji Prabowo untuk memperkuat KPK dalam memberantas korupsi. "Visi dan misinya bagus. Apalagi, visi dan misi antikorupsinya. Dia orang yang berkomitmen dalam pemberantasan korupsi," kata Abraham.
Prabowo juga mengakui nama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, masuk dalam daftar calon wakil presiden yang akan dipilihnya. "Ya, dia salah satu nama baik yang masuk daftar (cawapres) saya," kata Prabowo.
Namun, kata Prabowo, pendampingnya dalam pemilihan umum presiden 2014 akan ditetapkan seusai pemilihan umum legislatif yang digelar pada 9 April 2014. Saat ini, kata dia, Gerindra masih memfokuskan diri untuk meraup suara sebanyak mungkin. "Target sebanyak-banyaknya, untuk perubahan pemerintahan yang lebih bersih dan amanah." kata Prabowo.
Prabowo Pertanyakan Jokowi yang Ikut Bursa Capres
Prabowo Subianto mempertanyakan alasan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggusung Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon presiden. Prabowo menilai dengan memilih Jokowi, PDIP telah melanggar perjanjian Batu Tulis antara partai Gerindra dengan PDIP yang ditandatangani pada 2009 bersama Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Kalau Anda manusia, lalu ada di pihak saya, bagaimana? Ya pikirkan saja. Saya tidak mengerti apa salah saya. Saya menghormati beliau," kata Prabowo.
Dalam perjanjian Batu Tulis yang ditandatangani pada 16 Mei 2009 di materai Rp6.000 oleh Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto itu ada 7 poin kesepakatan yang dihasilkan.
Dalam poin ke-7 tersebut tertulis bahwa Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP akan mendukung Prabowo Subianto selaku Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra untuk menjadi Calon Presiden pada pemilu 2014.
Perjanjian itu, dikatakan Prabowo, dibuat karena kesamaan visi yang ada antara Gerindra dan PDIP menyangkut kecocokan dalam pandangan kebangsaan dan nasionalisme, sehingga muncul keinginan untuk berjuang bersama.
"Kita merasa demi kebaikan bangsa, ingin teruskan hubungan itu. Tapi, dalam dinamika politik yang terjadi, apa yang kita lihat sekarang? Bagaimana tidak serius, saya kira dua tokoh partai besar kalau buat perjanjian masa nggak serius?" katanya.
Calon wakil presiden mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan umum presiden (Pilpres) RI 2009 itu mengatakan, jika PDIP tak ingin lagi komitmen pada perjanjian itu, maka seharusnya diselesaikan dengan cara bertatap muka.
"Saya tadinya berharap diberitahu. Namanya perjanjian, kalau tidak cocok ya bisa saja," ujarnya.
Meski demikian, Prabowo tetap ingin menjalin dan membangun komunikasi yang baik dengan Megawati untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang bersatu.
"Saya ingin semua kekuatan kebangsaan, nasionalis, religius dan Indonesia bersatu. Itu yang Saya inginkan. Saya menghormati Bu Mega. Saya tidak mengerti ada dinamika apa," demikian Prabowo.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo mengemukakan, isi perjanjian Batu Tulis otomatis gugur dengan sendirinya karena pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto gagal menjadi pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.
"Seandainya ada perjanjian, itupun otomatis gugur dengan sendirinya karena pasangan capres-cawapres, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, tidak mencapai kemenangan pada Pilpres 2009," ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar