Kamis, 14 Agustus 2014

Dubber Menjadi Pintu Kepopuler Indra Bekti



Sejak Kecil Indra Bekti sudah bercita-cita untuk berkiprah di dunia hiburan. Ia termasuk orang yang tak pernah mengenal lelah untuk mengasah diri. Berawal dari seorang penyulih suara (dubber), nama Indra Bekti kini tidak asing lagi bagi penikmat tayangan layar kaca. Lewat banyolannya, dia mampu menyihir acara yang dibawakan menjadi “hidup”dan “segar”. Indra termasuk orang yang tak pernah puas dalam berkarier. Berikut kisah tentang Indra Bekti

Memiliki Bakat Seni Sejak Kecil

Indra Bekti memiliki nama lahir Bekti Indratomo. Ia lahir di Jakarta 28 Desember 1977 sebagai anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan pasangan Aruji Prianto dan mendiang Syafrida. Ia  besar di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, dari sebuah keluarga sederhana.
Mengenai nama Indra Bekti, ia berkata jika nama tersebut didapatnya setelah terjun ke industri hiburan Tanah Air. “Biasalah, artis ganti nama biar lebih akrab di telinga masyarakat,” ucapnya.

Semasa kecil,  Indra termasuk anak yang aktif dan boleh dibilang nakal. “Aku paling suka bermain. Terkadang, permainan yang kulakukan cukup membahayakan juga. Misalnya saja memanjat genting atau pohon,” akunya.
Bakat seninya memang sudah menonjol sejak kecil. Boleh dibilang Indra doyan tampil sejak kecil. Dia sudah suka banget menyanyi, baca puisi di rumah, sekolah atau di depan siapa pun. “Mamaku  sampai bilang ‘Kayaknya anak ini punya bakat’.  Ucapan  mama terbukti, ketika ikut kejuaraan baca puisi dan akting, hampir dipastikan aku dapat juara,” ujarnya.

Keinginan untuk menjadi presenter juga sudah terlihat sejak Indra masih kecil. Ia sewaktu SD, setiap belajar di rumah, berlagak seolah-olah penyiar televisi yang sedang membaca berita atau narasi. Aku bergaya dengan duduk membelakangi tembok. “Belajar dengan cara membaca pelajaran seperti penyiar teve justru masuk ke otakku,” kata Indra.

Menginjak SMP lalu ke SMA, aktivitas Indra semakin beragam. Mulai dari ikut kegiatan OSIS, paduan suara, sampai menjadi anggota Paskibraka.
“Aku jadi siswa yang termasuk menonjol di sekolah. Buntutnya sejak SMP aku sudah sering dikelilingi cewek-cewek. Asyik,” ucapnya.
Awalnya Indra tak pernah berpikir ingin menjadi artis , walau ia aktif dalam kegiatan kesenian di sekolahnya. Ia dahulu ingin menjadi pengacara.
Setelah tamat SMP, Indra melanjutkan  ke Sekolah Menengah Industri Pariwisataan (SMIP). Itu atas saran dari mamanya agar aku cepat mendapat pekerjaan.






Menjadi Dubber Awal Kesuksesan Indra Bekti

Jalan mewujudkan cita-cita Indra Bekti memasuki dunia hiburan Tanah Air, mulai terbuka lewat tawaran sulih suara (dubbing) dalam film kartun Candy-Candy yang populer di era tahun 1990-an.
”Kalau nggak salah, dibayar per tokoh Rp 30 ribu. Aku girang banget karena bisa menghasilkan uang sendiri,” ucapnya. 

Lewat sulih suara tersebut, Bekti termotivasi dan terus belajar. Selepas SMA, dia siaran di radio dan akhirnya bisa tampil di televisi sebagai pemandu acara Tralala Trilili bersama Agnes Monica. Dari memandu acara tersebut, Indra mendapat pelajaran berharga soal public speaking. Pecinta topi ini pun lalu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan kuliah di jurusan Public Speaking di London School.

Usai membawakan acara Tralala Trilili, Indra mendapat banyak tawaran untuk menjadi pemandu acara. Ia semakin dikenal saat berhasil membawakan acara Ceriwis. Sejak itu, ia mengaku karier dan rejekinya semakin mengkilau.
Pada tahun 2001, Indra juga sempat menjajal kemampuannya bernyanyi dengan membentuk grup FBI dengan single andalan Aku Bahagia . Namun sayang, ia dan grupnya kurang mendapat tempat di blantika musik Indonesia. FBI pun tenggelam.

Kemudian, pada tahun 2011, Indra mencoba jalur solo  bekerjasama   dengan label Sony Music.Indra juga dikenal sebagai pemain film. Ia bermain dalam film 5 Sehat 4 Sempurna (2002), Cinta 24 Karat (2003), Biarkan Bintang Menari (2003), Bad Wolves (2005), Namaku Dick (2008), Dikejar Setan (2009), Get Married 2 (2009), Rumah Tanpa Jendela (2011), Jenderal Kancil The Movie (2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar