Jumat, 19 September 2014

Ustad Yusuf Mansyur, Dua Kali Masuk Penjara



Dua kali Ustad Yusuf Mansyur merasakan berada di balik jerusi besi karena terlilit hutang. Akhirnya ia sadar, apa yang dilakukannya keliru. Yusuf  Mansyur pun mencoba bangkit dari keterpurukan dengan merubah pola pikir dan perbuatan yang mengakibatkan dirinya masuk penjara. Berikut kisahnya.


Ustad Yusuf Mansyur, Dua Kali Masuk Penjara

Ustad Yusuf Masyur lahir di Jakarta, 19 Desember 1976  dari keluarga Betawi yang berkecukupan. Ia lahir dari pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah. Kini ia dikenal sebagai pendakwah, pengusaha, penulis buku dan pimpinan Pesantren Daarul Quran.

Sejak kecil, Yusuf  Mansyur dikenal anak yang cerdas. Ia sering berpidato di atas mimbar saat sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) Chairiyah mansyuriyah Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Ia kemudian melanjutkan ke MTS Chairiyah Mansyuriyah. Lalu melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 1, Grogol Jakarta Barat. Ia menjadi lulusan terbaik.

Pada tahun 1992, Yusuf mansyur melanjutkan kuliah di IAIN Ciputat di Fakultas Hukum, jurusan Sya’riyah. Namun ia tak melanjutkannya. Saat kuliah inilah Yusuf mansyur mulai nakal. Ia kerap balapan motor yang mengakibatkan kuliahnya berantakan.

Pada tahun 1996, dia terjun di bisnis Informatika. Sayang bisnisnya malah menyebabkan ia terlilit utang. Gara-gara utang itu pula, Yusuf Mansyur merasakan dinginnya hotel prodeo selama 2 bulan. Setelah bebas,  ia kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustadz Yusuf kembali masuk bui pada 1998. Di penjara yang kedua, Yusuf Mansyur mendekam di bui selama 14 hari.

“Saat itu saya lupa dan jauh dari Allah. Dampak dari itu luar biasa,” ucap Ustad Yusuf Mansur.


Ustad Yusuf Mansyur, Mendapat Hidayah

Hari-hari Yusuf terasa berat di dalam penjara. Satu hari di dalam penjara, Ustad Yusuf merasakan rasa lapar yang amat sangat. Maklum seharian belum makan, jatah makanan tidak ada. Di dekat tempat duduknya, Ustad Yusuf melihat sepotong roti. Ketika roti akan masuk ke mulutnya, ia melihat segerombolan semut yang tengah mencari makan. “Entah apa yang saya pikirkan saat itu. Yang pasti, saya membagi roti itu menjadi dua bagian, untuk semut-semut dan untuk saya sendiri sambil berharap mereka akan mendoakan saya agar segera mendapatkan makanan. Ajaib! Lima menit setelah itu saya dapat nasi bungkus Padang,” tutur Ustad Yusuf.



Petunjuk itu yang membuat hidup Ustad Yusuf Mansur berubah. “Saya yang narapidana bisa mendapatkan manfaat dari berbagi roti dengan semut, apalagi yang sedang bebas di luar,” katanya.

Hal ini yang kemudian menginspirasinya untuk menyampaikan materi sedekah di setiap tausiah yang disampaikan. Lepas penjara Yusuf Mansyur diberi uang sebesar 20 ribu oleh kerabatnya. Uang itu kemudian ia gunakan sebagai modal untuk jual es plastik di terminal Kali Deres, Jakarta Barat. Metode sedekah diterapkannya dalam menjual es. Bisnis es Yusuf Mansur berkembang, ia tak lagi berjualan pake termos, tapi pakai gerobak. Ia juga mulai punya anak buah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar