Kamis, 04 September 2014

Sang Ratu Disko



Nurul Arifin, merupakan  bintang film yang bermetamorfosa menjadi seorang aktivis dan anggota DPR yang mumpuni. Beken sebagai artis seksi, nama Nurul berkibar melalui berbagai film pada dekade 1980-an. Kemudian Nurul terpanggil untuk membela hak-hak perempuan. Berikut kisah Nurul Arifin

Nurul Arifin, Berawal dari Ratu Disko

Nurul Qomaril Arifin atau lebih dikenal dengan nama Nurul Arifin, lahir di Bandung, 18 Juli 1966. Ia merupakan anak ke-10 dari 11 bersaudara pasangan Moh. Yusuf Arifin dan Anne Marie. Pada tanggal 28 Desember 1991, Nurul menikah dengan Mayong S. Laksono. Dari pernikahannya mereka dikaruniai dua anak, Maura Magnalia Madyaratri dan Melkior Mirari Manusaktri.

Pernikahan beda agama antara Nurul Arifin - Mayong Suryo Laksono sempat menjadi bahan kajian studi Islam. Boleh tidaknya pernikahan beda agama dalam Islam sering menjadikan pasangan ini sebagai contoh kajian karena kapasitasnya mereka sebagai public figure. Mayong Suryo Laksono beragama Katolik dan Nurul Arifin beragama Islam. Lulusan S2 Universitas Indonesia, jurusan ilmu politik ini, mengawali karier dari dunia hiburan. Nurul Arifin beken lewat film Warkop DKI pada era 80’an. Sebelum memasuki dunia layar lebar, ia sering mengikuti kompetisi di daerahnya, Bandung, Jawa Barat seperti mengikuti ajang Ratu Disko dan sebagainya.   
“Film pertama saya ”Hati Yang Perawan” arahan sutradara Chaerul Umam pada 1984 adalah Film yang jadi langkah start -saya di dunia film. Film berikutnya seperti Naga Bonar dan lain-lain,” kata Nurul. 

Kariernya di layar lebar cukup cemerlang. Berbagai penghargaan sempat diraih.  “Meski dinobatkan menjadi artis terlaris tahun 1989, Saya ‘tidak sekedar’ main dalam film-film saya. Saya terus meningkatkan kemampuan dan kualitas acting karena pada dasarnya saya adalah pekerja keras. Syukurlah, kerja keras saya membuahkan hasil dengan kesempatan menjadi nominator untuk perolehan piala citra dalam lima kali festival film Indonesia,” ucapnya. 
Ia yang kini menjadi politisi bersyukur dengan karier yang telah dirintisnya di dunia hiburan. dengan membintangi beberapa judul film dan sinetron, namanya dikenal banyak orang.  “Tak bisa disangkal karier saya di dunia film dan dunia entertainment inilah yang membuat nama dan wajah saya dikenal publik seluruh Indonesia,” ucapnya.

Lewat kerja kerasnya, Nurul Arifin mendapat banyak penghargaan di antaranya seperti Putri Logo Jabar 1982, Ratu Disko Jabar 1983, Putri Fotogenik Jabar 1983, Remaja Berbusana Terbaik 1984, Nominasi Citra sebagai aktris terbaik 1988 dalam film 'Istana Kecantikan',  Nominasi Citra sebagai pemeran pembantu 1989 dalam film 'Pacar Ketinggalan Kereta', Nominasi Citra sebagai aktris terbaik 1990 dalam film 'Dua dari Tiga Laki-Laki', Nominasi Citra sebagai aktris terbaik 1992 dalam film 'Catatan Si Emon', Aktris Terpuji Festival Film Bandung 1990 dalam film 'Kipas-kipas cari Angin', Artis terlaris 1989, Artis favorite & Idola Se SUMUT,  Menerima beasiswa dua kali dari Ford Foundation untuk mengikuti studi jender dan seksualitas tahun 1999 dan 2000 di FISIP Universitas Indonesia, Menerima penghargaan dari Yayasan Pelita Ilmu sebagai "Artis perduli AIDS 1999", Peraih Penghargaan Buletin Sinetron sebagai Artis Peduli AIDS,  Penerima RS M.H. Thamrin Award sebagai Artis Peduli AIDS, Terpilih sebagai Fun Fearless Female 2002 (versi majalah Cosmopolitan), Terpilih sebagai wakil Indonesia oleh Ford Foundation dalam Asia-Pacific Festival Conference of Women in The Art di Filipina dengan tema Changing she images women re-ma(in)ing the world, Terpilih sebagai salah satu perempuan berkualitas untuk kandidat anggota Legislatif versi LSM Cetro, Penerima penghargaan utama dari Badan Narkotika Nasional Indonesia sebagai Artis Peduli Narkoba.

Nurul Arifin, Menjadi Aktivis Sosial

Berkat sebuah film yang ia bintangi, Nurul berkenalan dengan dunia baru dan mempertemukannya dengan orang-orang yang mengidap HIV/AIDS (ODHA). Sejak saat itu Nurul lalu memutuskan untuk menjadi seorang aktivis, karena korban HIV/AIDS kebanyakan adalah perempuan.
“Semua keterlibatan saya sebagai aktivis adalah faktor keinginan saya untuk menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain. Penderitaan korban Aids, Narkoba ataupun kekerasan terhadap perempuan membuat saya tertarik untuk terlibat secara aktif menjadi sukarelawan,” kata wanita yang hobi nonton, baca buku dan Travelling ini. 




Menjadi aktivis, awalnya hanya sekedar memenuhi kebutuhan bathin dalam menolong sesama. Namun, justru memberikan banyak penghargaan baginya.
"Sesuatu hal yang saya anggap sebagai “bonus”. Misalnya saja saya berhak menerima beasiswa dua kali dari Ford Foundation untuk mengikuti studi jender dan seksualitas tahun 1999 dan 2000 di FISIP Universitas Indonesia. Lalu penghargaan yang saya terima dari Yayasan Pelita Ilmu sebagai “Artis perduli AIDS 1999″. Tahun 2003, saya terpilih sebagai salah satu perempuan berkualitas untuk kandidat anggota Legislatif versi LSM Cetro (2003); Penerima penghargaan utama dari Badan Narkotika Nasional Indonesia sebagai Artis Peduli Narkoba (2003); mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup (duta Lingkungan Hidup); Penghargaan dan duta Lingkungan Hidup WALHI;  Menerima Penghargaan Nasional Wira Kencana dari BKKBN Pusat 2004; Terpilih sebagai Young Global Leaders dari World Forum - Swiss. (Januari 2005)," paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar