Perjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergulatan yang luar biasa sampai akhirnya ajal menjemput dengan khusnul khatimah, insyaAllah, Amiin.
Simak kisahnya yang sangat memikat dan inspiratif untuk dibaca, mulai nomor ini.
Terlahir Dari keluarga yang Taat Beragama
Ustaz Jeffry Al Buchori atau kerap disapa Uje terlahir dari keluarga yang taat beragama. M. Ismail Modal dan Tatu Mulyana, orangtuanya sangat keras dalam mendidik Uje dan keempat saudaranya menyangkut hal agama. “Dalam hal agama, Apih (panggilan Uje kepada ayahnya) dan Umi (panggilan Uje kepada ibunya ) memang mendidik kami secara ketat. Kalau lupa menjalankan salat dan mengaji, jangan tanya hukuman apa yang diberikan,” kata Uje semasa hidup.
Namun begitu, sebetulnya Umi adalah seorang ibu yang amat sabar dan lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Apih pun orang yang selalu bersikap obyektif. “Dia akan membela keluarganya mati-matian bila memang keluarganya yang benar. Sebaliknya dia tidak segan-segan menyalahkan bila kami memang berbuat salah,” tuturnya.
Berada di lingkungan keluarga yang taat agama, membuat Uje menyukai pelajaran agama sejak kecil. Sewaktu kelas 5 SD, ia sudah mengasah kemampuan dengan ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. “Selain agama, pelajaran yang juga kusukai adalah kesenian. Entah mengapa, aku suka sekali tampil di depan orang banyak. Oh ya, setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 aku langsung melompat ke kelas 5. Jadilah aku sekelas dengan kakakku yang kedua,” .
Uje yang bernama lengkap Jeffry Al Buchori Modal lahir pada 12 April 1973 di Jakarta. Uje adalah ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandung laki-laki, dan satu adik perempuan. M. Ismail Modal adalah orang Ambon. Sedangkan Tatu Mulyana orang Banten.
BERKEPRIBADIAN GANDA
Untuk mengasah kemampuan agama, setelah lulus SD, Uje bersama dua kakaknya dimasukan ke sebuah pesantren modern di Balaraja, Tangerang, Banten.
Layaknya anak yang ingin mengetahui banyak hal, Uje mengaku haus akan ilmu agama. Namun tak hanya itu saja, ia juga haus akan kehidupan di luar pondok pesantren. Akibatnya, ia menjadi lupa diri dan selalu melakukan kesalahan. “Kabur dan bolos dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepalaku sering dibotaki. Tapi, tetap saja aku tak jera,” ucapnya.
Kendati kerap melakukan berbagai kenakalan, Uje kecil yang beranjak remaja merasa aneh pada dirinya sendiri. Ia mengaku tak bisa seperti memiliki kepribadian ganda. “Di satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat. Bersama kedua kakakku, aku juga pernah membuat drama tanpa naskah berjudul “Kembali Ke Jalan Allah” yang diperlombakan di pesantren. Ternyata karya kami itu dinilai sebagai drama terbaik se-pesantren. Bahkan, aku juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah. Akan tetapi, entah kenapa, aku juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan,” tuturnya.
Kenakalan Uje kian menjadi. Sampai akhirnya rasa bosan menimba ilmu agama di pondok pesantren melanda jiwa. “Akhirnya, hanya empat tahun aku di pesantren. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, aku keluar. Lalu, Apih memasukkanku ke sekolah aliyah (setingkat SMA, Red.). Rupanya keluar dari pesantren tidak membuatku lebih baik. Aku yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal,” tuturnya.
Pencarian Jati Diri Dengan Narkoba
Masa SMA, uje mengaku kehidupannya semakin suram. Pergaulannya yang salah, membuat kenakalannya dirasa kian menjadi. gonta ganti pasangan, narkoba dan dunia malam digelutinya.
“Ya, aku seperti burung lepas dari sangkar, terbang tak terkendali. Aku masuk sekolah hanya saat ujian. Buatku, yang penting lulus. Aku lebih suka mendatangi diskotek untuk menari. Terus terang, aku memang tertarik pada tarian di diskotek. Tiap ke sana, diam-diam aku selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. Lalu kutirukan,” ucapnya.
“Saat ada lomba dance, aku mencoba ikut. Usahaku tak sia-sia. Beberapa kali aku berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer. Selain itu, aku juga berhasil jadi penari di Dufan pada tahun 1990,” lanjutnya.
Dunia malam mengantarkan Uje menjadi penari. Tak hanya itu, Uje juga mencoba pengalaman baru dengan menjadi model catwalk dan foto model.
“Aku juga pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek. Mungkin waktu itu aku merasa sangat cakep, ya. Tapi menurutku, kegiatan-kegiatan itu masih positif, meski terkadang aku suka minum. Dengan segala kebengalanku. Tahun 1990 aku berhasil lulus SMA,” paparnya.
Menjadi Pesohor Adalah Mimpi Uje
Tamat SMA, Uje mulai merambah dunia seni peran. Melalui temannya yang juga penari, ia bertemu Aditya Gumai, pendiri sanggar Ananda yang sangat berperan penting bagi kariernya di dunia seni peran.
“Dari Aditya aku mengenal dunia akting. Aku diajak Aditya main sinetron. Waktu dikasting, aku berhasil mendapat peran,” tuturnya.
Mulanya Uje mengaku hanya senang mengamati para pemain yang sedang syuting, sambil diam-diam mempelajari berbagai karakter yang sedang dimainkan. dengan berbekal kemampuan otodidak, tahun 1990, Uje main sinetron "Pendekar Halilintar" menyusul sinetron drama "Sayap Patah", "Sebening Kasih", "Opera Tiga Jaman", dan Kerinduan.
“Nah, ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang aku menggantikan salah satunya. Ternyata aku ditertawakan. Karena pada dasarnya aku orang yang enggak suka diperlakukan seperti itu, aku malah jadi terpacu. Aku makin giat berlatih akting secara otodidak. Akhirnya, saat yang senior belum juga dapat giliran main, aku sudah mendapat peran,”
Niat membuat senang orangtua ternyata tak sesuai harapan. Sang ayah menentang pilihan Uje menggeluti dunia seni peran. "Rupanya Apih tahu persis seperti apa lingkungan dunia film. Dulu, beliau juga pernah main film action, antara lain Macan Terbang dan Pukulan Berantai. mungkin dari beliaulah aku menuruni darah seni," katanya.
Meski begitu, langkah Uje untuk menyelami dunia akting tak surut. Sebagai bentuk perlawanan kepada orangtua, Uje tak pernah pulang ke rumah.
"Nasihat Apih tak lagi kudengarkan. Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuatku makin yakin, inilah yang kucari. Aku tak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa diriku benar. Akhirnya konflik antara aku dan orang tuaku pecah," Aku semakin merasa pilihanku tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991.
Aku bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombonganku makin menjadi. Aku makin merasa inilah yang terbaik buatku, ketimbang pilihan orangtuaku," paparnya
Bisa mencari uang sendiri, semakin membuat Uje lupa diri. Foya dan hura di discotek menjadi kebiasaannya kala itu. "Kalau ke diskotek, aku tak lupa mengonsumsi narkoba. Bahkan, untuk urusan yang satu ini, aku bisa dibilang tamak. Biasanya, aku meminum satu pil dulu. Kalau kurasa belum “on”, kuminum satu lagi. Begitu seterusnya," paparnya.
Ketika Apih Pergi
Pukulan berat menimpa. Suatu hari di tahun 1992, ayah Uje meninggal karena sakit. Penyesalan begitu besar kala itu seperti menghantui. "Bukan main menyesal karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih. Allah mengambilnya. Aku syok berat. Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya,"ucapnya.
Penyesalan yang sebelumnya begitu besar karena ditinggal ayah pergi ternyata hanya sesaat. Uje mengaku kembali lagi ke dunia kelam. Bahkan semakin parah dan parah.
"Semua ilmu agama yang pernah kupelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti hilang. Kecanduanku pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan aku hampir mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan," paparnya.
Umi Tetap Sabar
Suatu ketika pengaruh narkoba membuat Uje paranoid. Dirinya terus mengurung diri di kamar. ia selalu berpikir jika ada orang yang ingibn membunuhnya."Telingaku jadi sangat sensitif. Aku sering merasa mendengar ada orang sedang berjalan di atap rumah ingin membunuhku. Aku tersiksa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Orang-orang mengatakan, aku sudah gila," ucapnya.
Pada saat bersamaan, namanya dicoret dari dunia sinetron. "Tak ada lagi yang mau memakaiku sebagai pemain. Selain itu, teman-temanku dan cewek-cewek yang ada di dekatku juga menjauh. Dulu aku termasuk playboy,"
Disaat seperti itu, ada satu orang yang tak pernah meninggalkannya yakni ibunya. "Umi yang selama ini sudah sangat sering kusakiti hatinya. Umi tetap menyayangiku dengan cintanya yang besar. Seburuk apa pun orang berkomentar tentang aku, hati Umi tetap baik dan sabar. Air matanya tak pernah kering untuk mendoakan anak-anaknya, terutama aku agar berubah jadi lebih baik,"
Seiring waktu keajaiban datang, uje akhirnya tersadar dengan meninggalkan dunia kelam.
"Doa tulus Umi dikabulkan Allah.
Sungguh luar biasa, Allah menunjukkan kebaikan-Nya padaku. Allah memberiku kesempatan untuk bertobat. Kesadaran ini muncul lewat suatu proses yang begitu mencekamku. Sungguh, aku merasa sangat ketakutan ketika suatu hari bermimpi melihat jasadku sendiri dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak, aku terpana sambil bertanya pada diri sendiri. Benarkah itu jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi,"Akhirnya aku teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua perbuatanku selama ini. Pelan-pelan, keadaanku membaik. Kesadaran-kesadaran itu datang kembali. Aku menemui Umi, bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang kulakukan. Umi memang luar biasa. Betapa pun sudah kukecewakan demikian rupa, beliau tetap menyayangi dan memaafkanku. Umi lalu mengajakku berumrah," tutur Uje semasa hidup.
Kisah selanjutnya, Uje bertemu dengan seorang perempuan, tanpa mengatakan cinta Uje dan Pipik akhirnya menikah, seperti kata pepatah cinta itu tidak perlu diungkapkan lewat kalimat tetapi akan lebih sempurna jika dibuktikan lewat perbuatan dan tanggung jawab. Kesabaran Pipik menjadi muara perubahan untuk kehidupan Uje. Cinta, ketabahan dan kesabaran akhirnya menghadirkan kebahagian, seperti lagu yang ditulis Uje. Pipit bagaikan bidadari yang turun dari surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar